3 Penyebab Balita Kurang Mandiri
Sekolah Talenta – Sebagai orang tua, sudah sepantasnya kita mengajarkan anak untuk bisa mandiri. Namun, pada usia berapa mereka sudah mulai bisa diajarkan?
“Waktu yang tepat untuk mengajari anak mandiri adalah ketika usia 2-3 tahun. Inilah waktunya si anak senang melakukan berbagai hal sendiri,” kata Alzena Masykouri, MPsi.
Dengan melatih kebutuhan anak untuk mandiri sejak dini, dan membantu anak untuk menunjukkan kemampuannya, bahwa ia mampu makan sendiri, pakai baju sendiri, maka ketika anak memasuki usia prasekolah, ia makin terlatih mandiri.
Bila di usia prasekolah (3-5 tahun), anak masih kurang mandiri, biasanya disebabkan tiga hal berikut.
1. Kurang mendapat kesempatan
Orang-orang di lingkungan sekitar, termasuk orangtua, kakek atau nenek, bahkan pekerja rumah tangga, kurang mengakomodasi atau memberikan kesempatan pada anak untuk berlatih mandiri.
Kalau anak tidak atau hanya sedikit diberikan kesempatan, jangan harap ia akan paham akan sesuatu yang harus ia lakukan untuk dirinya. Jadi, bila di usia dini anak tak mendapat kesempatan untuk mandiri, maka di usia selanjutnya ia pun tidak atau kurang mandiri.
2. Dianggap “lama”
Orangtua sering tak sabar akan proses kemandirian pada anak. Sebenarnya anak sudah bisa pakai baju sendiri, makan sendiri, pakai sepatu sendiri, tapi melakukannya butuh waktu.
Nah dengan alasan supaya cepat, orangtua atau pengasuh lah yang kemudian menggantikan peran anak dalam melakukan semua hal tadi. Dengan alasan supaya cepat inilah, tanpa disadari orangtua “memandulkan” kemandirian anak.
3. Dilayani pengasuh atau orangtua
Ada anak yang selama 24 jam selalu dilayani, baik oleh pengasuhnya maupun ibunya sendiri. Kebiasaan ini membuat anak tak mandiri. Ia selalu memanggil pengasuhnya untuk memenuhi semua kebutuhannya.
Dalam hal ini pengasuh anak tak bisa disalahkan, karena bagaimana pun ia adalah perpanjangan tangan orangtua, terutama orangtua bekerja. Pengasuh bertindak seperti ini karena diberi tugas oleh orangtua si anak.
Bagi ibu rumah tangga, karena merasa seharian di rumah, umumnya para ibu ini beralasan “Buat apa saya ada di rumah kalau tidak mengurus anak?” Akhirnya semua kebutuhan anak diladeni. Di sisi lain, ibu tak sabar, maka agar semua pekerjaan bisa beres, segala kebutuhan anak dipenuhi dengan campur tangannya.
Anak usia ini lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Kalaupun bersekolah, ia hanya sekolah tiga jam. Selebihnya, anak belajar dari pengasuhan orangtuanya. Kalau pun anak diajarkan kemandirian di sekolah, ke toilet sendiri dan lain sebagainya, namun kebiasaan di rumah sangat menentukan kemandirian anak.